Dulu Vatikan sangat berkuasa sehingga filsuf yang menulis pandangan yang bertentangan dengan ajaran mereka akan di hukum berat, seperti yang di alami Galileo Galilei yang di penjara seumur hidup (tahanan rumah) dan Giordano Bruno yang di bakar hidup-hidup tidak jauh dari sini pada tahun 1600 masehi, hanya karena menulis bahwa bumi itu planet yang mengelilingi matahari.
Pada tanggal 17 Februari 1600 masehi mulut Giordano Bruno di tusuk dua batang besi, satu menembus pipi kiri ke kanan dan menusuk lidah di dalam mulutnya seperti sate. Satu lagi besi menusuk kedua bibirnya dari atas ke bawah. Sehingga kedua batang besi itu menyerupai salib. Dia kemudian di dudukkan di atas keledai dan di bawa ke tengah kota, lalu di ikat di atas tiang dan tumpukan kayu. Dia memalingkan wajahnya ketika sebuah salib di usungkan di hadapannya. Kemudian dia di bakar hidup-hidup.... setelah dia mati hangus terbakar, abu dan tulang belulangnya di leburkan dan di buang.
Padahal pandangan bahwa bumi itu planet yang mengelilingi matahari bukanlah hal baru. 300 tahun sebelum masehi, atau 2300 tahun lalu, filsuf Yunani Kuno bernama Aristarchus of Samos sudah menulis bahwa bumi hanya satu dari banyak planet2 lainnya yang mengelilingi matahari.
200 tahun sebelum masehi, 2200 tahun lalu, Eratosthenes of Cyrene - seorang tukang jaga perpustakaan kerajaan Yunani Kuno terbesar di dunia, di kota Alexandria, Mesir (pada masa itu Mesir adalah wilayah kekuasaan kerajaan Yunani Kuno), dia berhasil mengukur dengan tepat keliling permukaan bumi dan menyimpulkan bumi itu bulat, ceritanya begini; dia bingung melihat tongkat yang di berdirikan di kota Syene (Aswan) tidak menunjukkan bayangan pada siang hari tetapi pada saat bersamaan di kota Alexandria tongkat menunjukkan bayangan yang signifikan?? Jika bumi datar tentunya kedua tongkat yang berukuran sama akan menunjukkan bayangan yang sama panjang atau sama2 tidak ada bayangan sama sekali jika matahari berada tepat di atas permukaan bumi. Bayangan akan berbeda hanya jika permukaan bumi itu melengkung atau bulat. Dia pun mengukur jarak kota Syene dan Alexandria, jaraknya 800 km dan perbedaan bayangan kedua tongkat adalah 7 derajat; itu adalah ~ 1/50 dari lingkaran penuh (360/7=51). 50 x 800km = 40.000km. Sekarang di ketahui bahwa keliling planet bumi adalah 40.075 km. Dia berhasil menghitung lingkar/keliling planet bumi dengat tepat 2200 tahun lalu hanya dengan observasi bayangan tongkat. Di zaman dimana orang masih takut berlayar terlalu jauh karena kawatir kapalnya akan jatuh di ujung bumi yang di anggap datar.
Untuk mengapresiasi betapa jadulnya zaman itu, 200 tahun sebelum masehi adalah 200 tahun sebelum kelahiran Yesus, dan 700 tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW. 1600 tahun sebelum Columbus menemukan benua Amerika. Zaman dimana kertas dan pulpen belum ada dan buku masih di tulis di atas kulit binatang atau gulungan papirus yang langka dan mahal dengan pena/kuas yang harus di celupkan ke dalam tinta. Untuk memfotokopi buku mereka harus menulis dengan tangan sendiri, atau membayar jasa ‘tukang tulis (scribe)’.
Pada masa itu Alexandria adalah pusat ilmu pengetahuan terbesar di dunia, kapal-kapal yang berlabuh di kota Alexandria akan di geledah bukan untuk barang2 selundupan tetapi untuk buku2 dan karya tulis yang akan di sita sementara oleh otoritas untuk di copy (tulis ulang karena belum ada mesin fotokopi) dan setelah itu di kembalikan, hasil kopian akan di simpan dengan rapi di perpustakaan besar di kota Alexandria. Di perkirakan ada setengah juta buku dalam bentuk gulungan papirus yang di simpan di perpustakaan itu. Salah satu buku berharga yang hilang adalah karya pendeta di Babilonia (Irak) bernama Berossus, dia adalah pendeta dewa Bel Marduk yang merupakan tuhan dari agama resmi yang di sembah penduduk Mesopotamia/Babilonia pada masa itu (pada 300 tahun sebelum masehi), dia menulis buku 3 volume tentang sejarah dunia dari awal penciptaan sampai banjir besar (nabi Nuh) yang dia perkirakan berjarak 432.000 tahun, 100 kali lipat lebih panjang daripada kronologi di dalam kitab suci Injil Perjanjian Lama (Old Testament). “Saya penasaran apa isinya.” kata Astronomer Carl Sagan.
Kerajaan Yunani Kuno jatuh ke tangan Kerajaan Romawi pada tahun 146 sebelum Masehi. Buku2 tulisan ilmuan kuno ini banyak yang hilang, terkubur dan di bakar ketika Kerajaan Romawi mulai mengadopsi agama Kristen sebagai agama utama pada tahun 313 Masehi dan meninggalkan kepercayaan Paganisme yang di anut sebelumnya (dewa-dewi seperti Zeus, Venus, Amon’ra, Apollo, dll). Karena mayoritas ilmuan2 kuno itu hidup pada masa Paganisme masih dominan, karya2 tulis mereka di asosiasikan dengan Paganisme, sehingga buku2 karya mereka yang sebenarnya hanya penelitian ilmiah yang tidak ada hubungannya dengan dewa-dewi Pagan di bakar dan di buang dan di lupakan ketika masyarakat kubu Kristen dan Pagan berseteru dan saling menjatuhkan satu sama lain dimana pada akhirnya kubu Kristen menang dan mendominasi. Alhasil karya2 ilmuan Yunani kuno itu pun hilang dan tenggelam di makan waktu.
1400 tahun setelahnya hanya beberapa buku yang di temukan di beberapa Biara2 Tua di sekitaran Austria, Jerman, dan bagian Eropa lainnya. Contoh terkenal adalah buku karya Lucretius (50BC) yang merupakan puisi yang menceritakan tentang argumentasi mendukung Epicurus dan pandangan Naturalisme tentang keberadaan Atom, dan tempat manusia dan planet bumi yang tidak signifikan di alam semesta. Atom berasal dari bahasa yunani ‘Atomos’ yang artinya ‘tidak bisa di belah’. Awalnya hanya merupakan hipotesis atau perkiraan filsuf Yunani kuno bernama Leucippus of Abdera dan muridnya Democritus, pada 500 tahun sebelum Masehi atau 2500 tahun lalu. Perkiraan yang ternyata terbukti benar di abad modern sekarang ini. Sampai berkembang ke penemuan teknologi Bom Atom, Reaktor Nuklir, dan cabang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat kompleks.
Buku2 karya ilmuan Yunani kuno itu juga menyebar ke Arab dan Persia hingga pada abad ke 7 masehi pada masa Kekhalifahan Ummayah dan lebih utama pada abad ke 8 masehi di masa Kekhalifahan Abbasiyah di galakkan dana besar untuk menterjemahkan buku2 Yunani dan Romawi Kuno dari bahasa Latin dan Yunani ke dalam bahasa Arab. Termasuk buku2 berbahasa Sansekarta dari Timur. Khalifah al-Mansur mendirikan perpustakaan dan universitas terbesar di dunia saat itu di Bagdad, yang di sebut ‘House of Wisdom’ atau ‘Bayt al-Hikmah’ atau ‘Rumah Ilmu / Rumah Kebijaksanaan’. Di tempat inilah banyak ilmuan2 besar Islam belajar; Al-Kindi, Al-Rhazi, Al-Farabi, Ibnu Sina alias Avicenna, dll. Tidak heran pada abad ke 8 ini Bagdad dan Dinasti Islam menjadi pusat ilmu pengetahuan Matematika (Algebra, Geometri, Calculus...), Astronomi, Medis, dll. Mayoritas bintang2 di langit memiliki nama resmi yang berasal dari bahasa Arab, hanya sebagian kecil bintang2 memiliki nama dari bahasa Yunani dan Latin. Tapi dinasti Islam runtuh sebagaimana kerajaan-kerajaan besar sebelum dan sesudahnya, entah karena ekspansi militer dan perluasan wilayah yang berlebihan, kefanatikan agama berlebihan dan larangan terhadap filosifi non-islam, dan sebagainya, secara militer kerajaan Islam runtuh ketika wilayahnya jatuh atau di rebut kembali dalam Perang Salib (Crusade) dan jatuh ke tangan Pasukan Mongolia (Hulagu Khan, cucu Genghis Khan) pada tahun 1258 masehi. Mongolia baru naik daun menjadi ‘the biggest bully in the world’ pada zaman itu, yang runtuh juga pada waktunya.
~~~all empire must fall~~~
Buku Lucretius yang menginspirasi Giordano Bruno juga menginspirasi banyak ilmuan lainnya; seperti Galileo, Newton, dan Machiavelli, memberikan fondasi untuk ilmu pengetahuan modern, Darwin, Einstein, Feynman, dll.
Pandangan yang sekarang bisa kita dapati dengan begitu mudah di buku-buku pelajaran, dan lebih di permudah lagi dengan google, dahulunya harus memakan banyak korban jiwa untuk bisa di sebarkan dan dipertahankan.
Foto patung di atas adalah patung Giordano Bruno yang berdiri di tempat dia di eksekusi 400 tahun lalu, patung ini memandang ke arah Vatikan dengan raut wajah yang geram.
<<<<<>]|[<>>>>>
“This fright, this night of the mind, must be dispelled not by the rays of the sun, nor day’s bright spears, but by the face of nature and her laws. And this is her first, from which we take our start: nothing was ever by miracle made from nothing. You see, all mortal men are gripped by fear because they see so many things on earth and in the sky, yet can’t discern their causes and hence believe that they are acts of god. But in all this, when we have learned that nothing can come from nothing, then we shall see straight through to what we seek: whence each thing is created and in what manner made, without god’s help”
“Ketakutan ini, kegelapan fikiran, harus di musnahkan bukan dengan sinar matahari atau tombak siang hari, tapi oleh wajah alam dan hukum alam yang mengnaturnya. Ini adalah awal untuk kita memulai: Tidak ada sesuatu pun yang tercipta secara ajaib dari ketiadaan. Kamu lihat, semua manusia di cekam rasa takut karena mereka melihat begitu banyak sesuatu di permukaaan bumi dan di atas langit, akan tetapi mereka tidak mampu memahami asal usulnya sehingga mereka menganggap semua itu ulah perbuatan tuhan. Tetapi di dalam semua ini, telah kita pelajari bahwa tidak ada sesuatu pun yang bisa muncul dari ketiadaan, maka kita harus melihat langsung apa yang ingin kita caritahu; darimana dan bagaimana segala sesuatu itu tercipta, tanpa campur tangan tuhan”
— De Rerum Natura (On the Nature of Things) Book I: Line 150-155. Lucretius, 94 - 55 BC.
Referensi:
1. The Swerve by Stephen Greenblatt
2. Cosmos by Carl Sagan
3. De Rerum Natura by Titus Lucretius Carus
“think different, but behave like others.”
#vatican #giordanobruno #science #religion #lucretius #stephengreenblatt #theswerve #cosmos #carlsagan #dererumnatura
Comments
Post a Comment