Skip to main content

Posts

5 Kesalah Pahaman Tentang Teori Evolusi (Part II)

6. Hanya Perancang Cerdas (Intelligent Designer) yang dapat membuat organ rumit seperti mata. Mata manusia dan hewan-hewan lain memiliki kemiripan, sama-sama terdiri dari crystallins (pengarah cahaya yang mengenai mata) dan opsins (penangkap cahaya yang di arahkan/di saring crystalins, untuk lalu di lanjutkan ke sel saraf). Keberagaman sensitifitas dan jenis mata pada organisme juga mengindikasikan adanya perubahan bertahap pada organ mata. Berawal dari sel yang sensitif terhadap cahaya lalu secara bertahap berevolusi menjadi mata yang lebih kompleks. 7. Evolusi hanyalah sebuah teori. Well, tentu saja. Teori dalam sains adalah cara kita memahami alam semesta secara rasional. Berdasarkan bukti yang dapat kita observasi. Karena catatan fossil dan disiplin ilmu2 lain menuntun kita kepada Teori Evolusi maka itulah kesimpulan yang di capai para ilmuan. Ini tentu saja jauh lebih baik daripada mengatakan manusia dan miliaran makhluk2 hidup lainnya jatuh dari

5 Kesalah Pahaman Tentang Teori Evolusi (Part I)

1. Jika manusia berevolusi dari monyet, mengapa masih ada monyet? atau mengapa monyet tersebut tidak berevolusi menjadi manusia? Manusia tidak berevolusi dari kera/monyet, melainkan monyet/kera dan manusia sama-sama berevolusi dari nenek moyang yang sama, yang hidup jutaan tahun yang lalu. Begitu juga dengan hewan-hewan dan tumbuhan lainnya, kita semua sama-sama berevolusi dari common ancestor (nenek moyang yang sama). Karena proses evolusi membutuhkan waktu miliaran tahun, maka waktu hidup kita yang hanya rata-rata 60 tahun ini terlalu pendek untuk dapat menyaksikan proses ini. Oleh karena itulah ilmuan pergi menggali fossil di seluruh dunia untuk menemukan tulang belulang nenek moyang kita yang sudah punah tersebut. Dari situlah di temukan bahwa pada lapisan-lapisan bumi yang lebih tua, terdapat fossil-fossil mahluk hidup yang telah punah, terlihat jelas transisi dari makhluk yang lebih sederhana (mikroorganisme) menuju yang lebih kompleks. Misalnya, pada lapisan bum