Machiavelli berkata bahwa penguasa sebuah negara harus melindungi dan menyenangkan lawan-lawan politiknya, tetapi disaat bersamaan memastikan mereka tidak tumbuh menjadi terlalu kuat sehingga bisa mengancam kedudukan sang penguasa. Jika ada yang terlalu kuat maka harus dilemahkan sebelum terlambat.
Sun Tzu berkata tujuan pemimpin bukan untuk menang dalam perang, tetapi mengalahkan musuh sebelum berperang. Jadi segala bentuk benih ancaman terhadap kekuasaan itu harus ditumpas sebelum mereka tumbuh besar. Ketika benih ancaman sudah besar maka sering kali itu sudah terlambat.
Seringkali yang mengundang kekuatan besar dari luar untuk masuk kedalam urusan politik dalam negri adalah para penduduk dan bawahan yang tidak senang. Kekuatan besar dari luar diharapkan bisa meruntuhkan penguasa resmi dan membuka kesempatan baru untuk para bawahaan tersebut untuk naik tahta. Belanda diundang oleh Lombok untuk mengusir Raja Bali dari tanah Lombok pada tahun 1894. Syria mengundang Russia untuk mengusir tentara2 Amerika. Kerajaan Aetolia membawa masuk Romawi kedalam Yunani. Timor Leste dan Papua Barat mengundang Australia untuk mengusir Indonesia. Ini juga dimanfaatkan oleh adikuasa yang ingin melakukan divide and conquer. Dengan memanfaatkan perbedaan yang ada didalam negara yang menjadi target.
Ketika sebuah pendatang berkekuatan besar memasuki sebuah wilayah, para penduduk dan bawahan raja di wilayah tersebut akan cenderung memihak kepada pendatang tersebut karena kebencian mereka terhadap penguasa yang sah, dan keinginan mereka mengambil alih kekuasaan. Yang menjadi penguasa di Iraq sekarang adalah para pelayan dan pembantu Saddam Hussein dulu. Apakah nasib rakyat Iraq berubah? Justru mereka semakin hancur terpuruk. Libya? Sama kacaunya. Tidak ada sejarah dimana pendatang asing berkekuatan besar menyejahterakan penduduk asli wilayah yang diduduki. Sejarah Benua Amerika, Afrika dan Australia adalah contoh yang sangat jelas. Anda tinggal baca buku sejarah saja.
Jadi, untuk memastikan kondisi stabil di sebuah negara memang dibutuhkan Iblis Jahannam untuk menakut-nakuti Iblis-Iblis lainnya agar tidak berani masuk macam-macam. Ketika Iblis tadi runtuh, yang ada justru jutaan iblis2 kecil yang muncul dan menimbulkan kekacauan yang lebih besar. "Politik tidak ada hubungannya dengan moralitas", "Orang yang berbuat baik setiap saat, akan hacur oleh orang2 yang bersedia berbuat tidak baik" - Machiavelli.
Play by the rules, atau mematuhi aturan hanya berlaku ketika ada pengawas yang berkuasa yang mampu memberikan hukuman terhadap kecurangan, seperti dalam pertandingan sepak bola. Tetapi dalam dunia politik, pemain dan pengawas adalah gerombolan yang sama sehingga peraturan sebenarnya tidak ada sama sekali.
Kerajaan atau Pemerintah itu pada hakikatnya hanyalah gerombolan preman, preman yang paling kuat di wilayah mereka, preman yang lebih lemah di sebut pemberontak/insurgent/pirates, dll. Kalau pemberontak itu menang, merekalah yang nanti disebut pemerintah. Padahal aslinya ya sama-sama preman juga.
"Hapus keadilan, maka apakah kerajaan itu selain geng penjahat dalam skala besar? Apakah yang dimaksud dengan geng kriminal selain kerajaan berskala kecil? Geng adalah sekelompok orang di bawah komando seorang pemimpin, terikat oleh asosiasi yang kompak, di mana penjarahan dilakukan dan hasilnya dibagi sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
Jika kejahatan itu mendapatkan begitu banyak pengikut dari kalangan yang tertindas sehingga mereka memperoleh wilayah, mendirikan pangkalan, merebut kota dan menaklukkan orang, maka secara terbuka mereka merebut gelar kerajaan, yang dianugerahkan padanya di mata dunia, bukan dengan melepaskan agresi tetapi dengan pencapaian impunitas." - St. Augustine
Comments
Post a Comment